TAPI NAFSU SEMATA.
Waduh,
tema pacaran lagi dah. Hehehe.. nggak apa-apa lah. Kan banyak juga yang
belum tahu. Bagi kamu yang udah tahu jangan bosen. Saya aja nulisnya
ampir bosan. Cuma gimana lagi, dakwah memang begitu. Kita seringkali
menyangka bahwa apa yang sudah kita sampaikan secara sering akan mudah
dipahami orang. Ternyata nggak. Ada yang memang belum pernah baca, ada
yang baru tahu dan belum paham. Banyak alasan. Tetapi yang pasti, setiap pekannya bertambah dan banyak yang baru tahu.
Selain itu, karena tak semua bisa mengakses website maka edisi cetak ini
jadi andalan mereka untuk mendapatkan informasi. Tak mengapa, yang
penting ada beda rasanya dalam setiap edisi yang membahas tema sejenis.
Tul nggak?
Oya,
mungkin kamu kaget ya dikatain bahwa pacaran itu nafsu, bukan cinta.
Padahal, kalo makan saja nggak nafsu kan jadinya nggak enak makan.
Hehehe… beda persoalan, Bro en Sis. Ini soal cinta dan nafsu jelas
berbeda. Nafsu umumnya cenderung membuat orang ingin melakukan
sesukanya, sementara cinta masih berpikir apakah yang dilakukannya benar
atau salah menurut aturan yang berlaku, khususnya ajaran agama kita,
Islam. Nah, edisi kita kita bakal bahas seputar cinta, nafsu, dan juga
pacaran. Yuk ah, tancap gas!
Saat jatuh cinta
Ada sebuah puisi yang pernah diposting seorang anggota milis, jaman saya mengelola milis Majalah Permata antara tahun 2001 hingga 2004. Ini ada penggalan puisinya yang dikirim Astari Sekar Ayu:
Ada sebuah puisi yang pernah diposting seorang anggota milis, jaman saya mengelola milis Majalah Permata antara tahun 2001 hingga 2004. Ini ada penggalan puisinya yang dikirim Astari Sekar Ayu:
Rabbi…/
Aku punya pinta/ Bila suatu saat aku jatuh cinta/ Penuhilah hatiku
dengan bilangan cintaMu/ yang tak terbatas/ Biar rasaku padaMu tetap
utuh
Pernah jatuh cinta? Bagaimana rasanya? Pasti senang dong ya. Enak aja bawaannya. Hidup berasa nikmat banget. Rasanya nggak mantep kalo nggak cerita kepada teman-teman kalo kita sedang jatuh cinta. Biar teman-teman juga merasakan apa yang sedang kita rasakan. Bila perlu, kita cerita kepada siapa saja tentang orang yang sedang kita cintai meski orang yang kita cintai itu tak tahu bahwa dia sedang kita cintai. Kita begitu percaya diri dan mulai mencari cara untuk mendekatinya.
Cinta
emang selalu menyita perhatian kita. Ada di antara kita yang kemudian
bahagia dengan cinta, tapi nggak sedikit yang merana karena cinta. Itu
sebabnya, wajar juga kalo novelis Mira W pernah menyampaikan: "Kita
boleh hidup dengan cinta, tapi jangan mati karena cinta". Hmm.. boljug
neh pernyataannya. Soalnya banyak juga manusia yang terbius cinta
(khususnya cinta kepada lawan jenis, harta, dan juga jabatan) hingga
lupa segalanya. Sebab, yang ada dalam benaknya hanyalah cinta, cinta,
dan cinta.
Hati-hati dengan cinta buta
Cinta buta adalah cinta yang tak mengikuti aturan Islam. Ia bebas berbuat apa saja. Terumasuk saat orang yang model begitu tuh jatuh cinta, maka ia akan buta dan gelap mata. Berbuat sesukanya dan mencampakkan norma agama.
Cinta buta adalah cinta yang tak mengikuti aturan Islam. Ia bebas berbuat apa saja. Terumasuk saat orang yang model begitu tuh jatuh cinta, maka ia akan buta dan gelap mata. Berbuat sesukanya dan mencampakkan norma agama.
Ada
beberapa kerusakan akibat cinta buta ini (Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam
al-Jawabul Kafi Liman Saala' Anid Dawaaisy-syafi (edisi terj.) hlm,
242-244: Pertama, lupa mengingat Allah. Lebih sibuk mengingat
makhlukNya, yakni orang yang dicintainya, misalnya. Jika dia lebih kuat
mengingat Allah, insya Allah mengingat makhlukNya jadi terkendali. Tapi
jika lebih kuat mengingat makhlukNya, maka mengingat Allah akan
dikalahkan.
Kedua,
menyiksa hati. Cinta buta, meski adakalanya dinikmati oleh pelakunya,
namun sebenarnya ia merasakan ketersiksaan hati yang paling berat.
Ketiga,
hatinya tertawan dan terhina. Ya, hatinya akan tertawan dengan orang
yang dicintainya. Namun, karena ia mabuk cinta, maka ia tidak merasakan
musibah yang menimpa. So, ati-ati deh kalo jatuh cinta. Jangan sampe
hati kita tertawan dengannya, hingga lupa segalanya.
Keempat,
melupakan agama. Tak ada orang yang paling menyia-nyiakan agama dan
dunia melebihi orang yang sedang dirundung cinta buta. Ia menyia-nyiakan
maslahat agamanya karena hatinya lalai untuk beribadah kepada Allah.
Kalo ada teman kita ketika jatuh cinta tuh sampe nggak sholat, nggak
sekolah, dan nggak belajar, karena cuma mikirin dia, maka itu udah
dibilang cinta buta. Jadi, kita kudu ingatkan supaya jangan keterusan.
Kelima,
mengundang bahaya. Bahaya-bahaya dunia dan akhirat lebih cepat menimpa
kepada orang yang dirundung cinta buta melebihi kecepatan api membakar
kayu kering. Ketika hati berdekatan dengan orang yang dicintainya secara
buta itu, ia akan menjauh dari Allah. Jika hati jauh dari Allah, semua
jenis marabahaya akan mengancamnya dari segala sisi karena setan
menguasainya. Jika setan telah menguasainya, maka mana ada musuh yang
senang lawannya senang? Semua musuh ingin musuhnya dalam bahaya. Duh,
jangan sampe kejadian. Cukup fakta-fakta soal perzinahan dan penularan
penyakit seksual itu menjadi perhatian bagi kita untuk nggak melakukan
hal yang sama. Naudzubillahi min dzalik.
Keenam,
setan akan menguasai. Jika kekuatan setan menguasai seseorang, ia akan
merusak akalnya dan memberikan rasa waswas. Bahkan, mungkin tak ada
bedanya dengan orgil alias orang gila. Mereka nggak menggunakan akalnya
secara layak. Padahal yang paling berharga bagi manusia adalah akalnya
yang membedakan ia dengan binatang. So, nggak heran dong kalo banyak
yang kejerumus berbuat maksiat karena mikirnya instan banget. Cuma
kepikiran enak aja menurut hawa nafsunya. Nggak mikir jauh ke depan:
soal dosa dan akibat dosa tersebut.
Ketujuh,
mengurangi kepekaan. Cinta buta akan merusak indera atau mengurangi
kepekaannya, baik indera suriya (konkret) maupun indera maknawi
(abstrak). Kerusakan indera maknawi mengikuti rusaknya hati, sebab jika
hati telah rusak, maka organ pengindera lain, seperti mata, lisan,
telinga, juga turut rusak. Artinya, ia akan melihat yang buruk pada diri
orang yang dicintainya secara buta itu sebagai sebuah kebaikan dan juga
sebaliknya.
Tetap iffah selama jatuh cinta
Menurut Hamka, "Cinta bukan melemahkan hati, bukan membawa putus asa, bukan menimbulkan tangis sedu sedan. Tetapi cinta menghidupkan penghargaan, menguatkan hati dalam perjuangan, menempuh onak dan duri penghidupan."
Menurut Hamka, "Cinta bukan melemahkan hati, bukan membawa putus asa, bukan menimbulkan tangis sedu sedan. Tetapi cinta menghidupkan penghargaan, menguatkan hati dalam perjuangan, menempuh onak dan duri penghidupan."
Menurut
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, ada persoalan besar yang harus diperhatikan
oleh orang yang cerdas, yaitu bahwa puncak kesempurnaan, kenikmatan,
kesenangan, dan kebahagiaan yang ada dalam hati dan ruh tergantung pada
dua hal. Pertama, karena kesempurnaan dan keindahan sesuatu yang
dicintai, dalam hal ini hanya ada Allah, karenanya hanya Allah yang
paling utama dicintai. Kedua, puncak kesempurnaan cinta itu sendiri,
artinya derajat cinta itu yang mencapai puncak kesempurnaan dan
kesungguhan (al-Jawabul Kafi Liman Saala' Anid Dawaaisy-syafi (edisi
terj.) hlm, 255)
Lebih
lanjut Ibnu Qayyim menjelaskan, "Semua orang yang berakal sehat
menyadari bahwa kenikmatan dan kelezatan yang diperoleh dari sesuatu
yang dicintai, bergantung kepada kekuatan dorongan cintanya. Jika
dorongan cintanya sangat kuat, kenikmatan yang diperoleh ketika
mendapatkan yang dicintainya tersebut lebih sempurna."
So,
meski kita merasa hidup lebih indah ketika jatuh cinta tapi bukan
berarti bebas melakukan apa saja atas nama cinta. Insya Allah saya cukup
mengerti dengan kondisi temen-temen remaja. Di usia yang pubertas ini,
apalagi ditambah dengan bombardir informasi di media massa yang ternyata
lebih banyak menyesatkan ini, akhirnya nggak sedikit yang awalnya
berkomitmen untuk tidak mengekspresikan cinta lewat pacaran, tapi
ternyata rontok digerus arus informasi dan kehidupan yang rusak. Sebab
pernah ada juga teman kita yang berkirim e-mail ke saya bahwa ia awalnya
termasuk kuat, bahkan dari kalangan keluarga yang taat beragama, dan
punya prinsip nggak akan pacaran sebelum nikah.
But,
apa daya, prinsip tersebut akhirnya hilang disapu gemuruh hawa nafsu.
Meski tidak sampe kepada perzinahan (setidaknya menurut pengakuannya di
e-mail tersebut), tapi dia merasa harus taubat. Alhamdulillah, sikap
kawan kita ini patut diteladani. Ngaku salah dan mau memperbaiki diri.
Itu sebabnya nih, buat anak cewek, jangan tergoda rayuan cowok. Cuma
anehnya meski banyak diwanti-wanti, tetep aja cewek banyak yang tertipu
dengan kelihaian rayuan anak cowok. Walah, itu sih cowoknya emang buaya,
dan ceweknya ternyata penyayang binatang. Waaah… jadi klop dong?
Jadi,
tetep jaga diri, jaga pikiran, dan jaga perasaan ketika jatuh cinta.
Jangan nekat mengekspresikannya di jalur yang salah seperti pacaran dan
seks bebas. Tetep iffah (jaga kesucian diri) ya. So, kudu ati-ati
banget.
Yuk,
kita mulai lebih dewasa dalam berpikir dan bertindak. Jangan terus
main-main dalam masalah seserius ini. Kalo pun kita belum mampu untuk
menikah, jangan nekat menikah. Karena pernikahan bukan urusan main-main.
Oya, kita pun harus rela untuk membuang jauh-jauh pikiran murah dan
murahan tentang "pacaran". Karena pacaran sebatas penyaluran nafsu
belaka, bukan cinta. Bener lho. Soalnya kalo emang cinta nggak bakal
memilih pacaran. Pacaran itu maksiat. Jadi, jaga diri hingga saatnya
siap untuk menikah.
Bro
en Sis, ada baiknya sosialisasi tentang kesucian pernikahan kepada para
remaja muslim rasa-rasanya perlu digiatkan terus. Jangan sampe kalah
dengan sosialisasi pacaran yang sudah berani melanggar batasan norma
masyarakat, dan juga ajaran agama.
Ya,
tugas kita adalah belajar Islam dengan benar, memahaminya, dan
mengamalkannya dengan berdakwah kepada teman yang lain. Sehingga rahmat
Islam tersebar makin luas. Insya Allah.
0 komentar:
Posting Komentar